JellyPages.com

Saturday 5 February 2011

Puzzle Box



Sudah lebih dari 3 hari aku terbaring di atas bed putih yang tinggi, jauh dari jangkauan kaki mungilku. Setiap pagi dan sore, kupingku di jepit alat untuk diambil darahnya...pemeriksaan rutin suhu badan dan tekanan darah, terakhir, 1 pirng kecil obat. Aku harus menginap di rumah sakit karena demam berdarah. Di kamar itu aku sendiri, kadang bosan juga tidak boleh turun dari tempat tidur, tidak boleh bermain, hanya duduk dan tidur saja. Kaki kecilku tertutup selimut garis-garis hingga lutut...sore hari adalah waktu yang aku tunggu. Pengunjung berlalu-lalang di depan kamarku, langkah kaki tergesa-gesa ingin segera tiba di kamar yang akan dikunjungi. Aku suka bertemu orang-orang itu, beberapa orang menengokkan kepalanya ke arah kamarku, dan aku tersenyum. Wajah baru setiap sore.

Sore ini ada yang berkunjung di kamarku, serombongan ibu-ibu teman kantor mama yang datang, menjenguk aku yang sakit. Ada banyak oleh-oleh yang aku terima, roti marie regal, wafer nissin chocolate, biscuit monde dan buah jeruk. Khas bawaan pengunjung. Aku sibuk melihat kaleng kaleng biscuit dan tidak memperhatikan apa yang dibicarakan ibu-ibu itu. Mereka bicara dengan mama yang sudah datang lebih dulu. Kulihat ke arah luar, masih banyak orang lalu lalang. Taman hijau di depan kamarku juga mulai terlihat banyak pengunjung yang melintasinya. Seorang ibu memanggil sebuah nama, aku lupa itu siapa, memanggil dan mengajaknya masuk, "Mas, sini, katanya mau kasih sendiri. Ayo masuk." Aku melihat ke arah pintu, anak laki-laki kecil membawa kotak kecil bergambar binatang kartun. Warnanya menarik. "Ayo kasihkan, bilang semoga lekas sembuh." Anak itu diam dan menyodorkan kotak itu ke arahku. Aku bilang terima kasih dan mulai memperhatikan kotaknya. Mainan. Aku membukanya dan kulhat ada 9 box keil bergambar yang terbolak balik. Mana gambarnya. Aku keluarkan satu persatu. "Bisa mainnya?" anak itu bertanya, aku menggelengkan kepala. "Sini aku ajarin, sigap dia membuka lembar-lembar gambar dari dalam box. "Mau yang mana? Gambarnya?". Mataku tertuju ke gambar kelinci putih yang memegang wortel oranye. Kutunjuk gambar itu, "Yang ini ya? Lihat dulu warna belakangnya, hijau kan?" Dia mulai menjelaskan. "Dibalik dulu warna yang sama, begini." Aku cermat memperhatikan. Tangannya yang kecil sibuk membalik box-box itu dan terkumpullah warna yang sama. "Nah sekarang tinggal atur" Anak itu mengaturnya dalam tempat boxnya dan sebentar, tampaklah gambar kelinci seperti gambar contoh. "Udah ngerti?" Aku mengangguk. "Sekarang coba yah. Ayo." segera dibongkar 9 box itu dan berantakan lagi warnanya. Dia meminta aku mengulangi apa yang tadi dijelaskan. Kucoba satu-satu, perlahan dan dia nggak sabar. "Nih, warnanya sama. Ini juga" Tapi aku tetap melakukannya sendiri. Lebih lambat, tapi aku mengerti cara bermainnya. "Nah, bisa kan. Yang lain juga begitu, yah". Aku menganggukkan kepalaku lagi.

Ruanya sebagian ibu-ibu sudah meninggalkan ruangan hendak pulang. Mereka berpamitan pada mamaku. Seorang ibu mengajak anak laki-laki itu pulang. "Tapi adiknya belum bisa main semuanya, bu. Sebentar ya" Jawabnya. Ibu itu menunggu di luar, tak berapa lama, mengajaknya pulang lagi, "Ayo mas, nanti di tinggal mobilnya". Anak laki-laki itu masih belum mau beranjak dari samping tempat tidurku. "Besok lagi ya mas." Ibu itu menjanjikan kunjungan berikutnya. "Benar lho, ibu janji besok ke sini lagi. Aku mau ajari adiknya lagi. Benar ya." Ibunya tertawa mengiyakan. "Aku pulang dulu ya, besok aku ajarin lagi gambar yang lainnya, yah" dan rombongan pengunjung kamarku keluar dari kamarku. Dan kamarku sepi.

Kutimang-timang mainan box lucu itu. Kulihat kembali gambar-gambar contohnya. Aku menunggunya esok hari untuk mengajarkan gambar yang lain. Meskipun esok dan esoknya lagi, dia nggak pernah masuk berkunjung lagi hingga aku pulang ke rumah.