Nama Keraton
Ratu Boko tentu tidak asing lagi bagi sahabat yang tinggal di area Yogyakarta
atau Surakarta, karena lokasinya berada 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau
50 km barat daya Kota Surakarta. Keraton
Ratu Boko merupakan salah satu kompleks situs purbakala yang ada di Nusantara
ini. Seperti “kota” kecil yang tersistem dengan baik, Keraton Ratu Boko memiliki
semua fasilitas publik yang dibutuhkan pada jamannya. Apa itu Keraton Ratu Boko,
kita simak ya catatan-catatan sejarah yang ada di situs ini.
Situs ini merupakan tempat kegiatan atau situs permukiman
yang sampai dengan saat ini belum diketahui dengan jelas fungsinya. Bangunan
ini diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada
masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram
Hindu). Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini
merupakan bekas keraton (istana raja). Karena banyak ruang-ruang
publik di dalam tata letak bangunan dan belum ditemukan situs-situs yang
bersifat religius. Keraton ini memiliki banteng disekeliling areanya, hal ini
dibuktikan dengan sisa-sisa dinding memanjang yang disebelahnya terdapat parit
kering sebagai struktur pertahanan. Menarik kan? Para ahli-ahli
sejarah masih terus menggali informasi dari situs ini, dan saat ini Keraton
Ratu Boko sedang diajukan ke UNESCO untuk dimasukkan ke dalam daftar warisan
budaya dunia. Hebat ya Indonesia memiliki banyak informasi sejarah masa lampau
yang harus kita jaga sebagai pusat budaya dan pengetahuan.
Situs Keraton
Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt (warga Belanda)
pada tahun 1790, Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang
dipimpin oleh FDK Bosch (warga Belanda), yang menyimpulkan bahwa reruntuhan itu
merupakan sisa-sisa keraton. Prasasti
Abhayagiri Wihara, 792
M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Candi Boko. Disebutkan bahwa
Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M), serta menyebut Abhyagiri
Wihara atau wihara di bukit yang bebas dari bahaya yaitu . Rakai
Panangkaran adalah seorang raja yang mengundurkan diri karena menginginkan
ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya
dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792
M. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha maka Kawasan ini disebut
Abhayagiri Wihara dan sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun di
area ini juga ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu seperti adanya Arca Durga,
Ganesha dan Yoni.
Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah
menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja selanjutnya yang
bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti
Siwagrha tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas
tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra, dalam pertempuran perebutan
kekuasaan di kemudian hari.
Bila kita memasuki area kompleks ini,
terdapat bekas gapura, ruang Paseban, kolam, Pendopo, Pringgitan, keputren, dan dua ceruk gua untuk bermeditasi. Selain itu ada mata air dan
adanya sistem pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari serta kolam
pemandian yang merupakan peninggalan dari sistem pengaturan ini. Posisi di atas
bukit juga memberikan udara sejuk dan pemandangan alam yang indah bagi para
penghuninya, selain tentu saja membuat kompleks ini lebih sulit untuk diserang
lawan.
Keistimewaan
lain dari situs ini adalah adanya tempat di sebelah kiri gapura terdapat
"tempat kremasi". Mengingat ukuran dan posisinya memperlihatkan
sesuatu atau suatu kegiatan. Pemberian nama "tempat kremasi" ini
semacam altar atau tempat sesajen, menyiratkan harus adanya kegiatan kremasi
rutin di tempat ini yang perlu diteliti lebih lanjut.
Bagaimana, apakah semakin tertarik untuk
mengunjungi tempat ini bersama keluarga? Saat ini Kawasan Keraton Ratu Boko sudah dilengkapi dengan taman rekreasi yang dapat
dipergunakan untuk refreshing, ada kawasan perkemahan dan trekking, restoran dan ruang terbuka (Plaza Andrawina) yang dapat
dipakai untuk kegiatan pertemun dengan kapasitas sekitar 500 orang, dengan
pemandangan ke arah utara (candi Prambanan dan Gunung Merapi).
Selain itu, pengelola menyediakan paket edukatif arkeologi, serta pemandu
wisata.
Kawasan Keraton
Ratu Boko ini juga ramai dikunjungi para muda-mudi karena di lokasi ini pada
musim kemarau akan disuguhi dengan pemandangan luar biasa saat matahari
terbenam. Berfoto di situs budaya nusantara itu keren.
Tunggu
apalagi, wisata yang kekinian tentu saja yang bermanfaat untuk diri kita
.
Selamat
berakhir pekan.
Penulis : Yulie
Feizal
Sumber Informasi : Pengalaman pribadi dan wikipedia
Sumber foto : Koleksi Pribadi