JellyPages.com

Tuesday 2 April 2019

Keraton Ratu Boko, museum alam terbuka dari tahun 792 M



Nama Keraton Ratu Boko tentu tidak asing lagi bagi sahabat yang tinggal di area Yogyakarta atau Surakarta, karena lokasinya berada 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta. Keraton Ratu Boko merupakan salah satu kompleks situs purbakala yang ada di Nusantara ini. Seperti “kota” kecil yang tersistem dengan baik, Keraton Ratu Boko memiliki semua fasilitas publik yang dibutuhkan pada jamannya. Apa itu Keraton Ratu Boko, kita simak ya catatan-catatan sejarah yang ada di situs ini.

Situs ini merupakan tempat kegiatan atau situs permukiman yang sampai dengan saat ini belum diketahui dengan jelas fungsinya. Bangunan ini diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu). Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini merupakan bekas keraton (istana raja). Karena banyak ruang-ruang publik di dalam tata letak bangunan dan belum ditemukan situs-situs yang bersifat religius. Keraton ini memiliki banteng disekeliling areanya, hal ini dibuktikan dengan sisa-sisa dinding memanjang yang disebelahnya terdapat parit kering sebagai struktur pertahanan. Menarik kan? Para ahli-ahli sejarah masih terus menggali informasi dari situs ini, dan saat ini Keraton Ratu Boko sedang diajukan ke UNESCO untuk dimasukkan ke dalam daftar warisan budaya dunia. Hebat ya Indonesia memiliki banyak informasi sejarah masa lampau yang harus kita jaga sebagai pusat budaya dan pengetahuan.

Situs Keraton Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt (warga Belanda) pada tahun 1790, Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch (warga Belanda), yang menyimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton. Prasasti Abhayagiri Wihara, 792 M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Candi Boko. Disebutkan bahwa Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M), serta menyebut Abhyagiri Wihara atau wihara di bukit yang bebas dari bahaya yaitu . Rakai Panangkaran adalah seorang raja yang mengundurkan diri karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha maka Kawasan ini disebut Abhayagiri Wihara dan sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun di area ini juga ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni.

Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja selanjutnya yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti Siwagrha tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra, dalam pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari.

Bila kita memasuki area kompleks ini, terdapat bekas gapura, ruang Paseban, kolam, PendopoPringgitankeputren, dan dua ceruk gua untuk bermeditasi. Selain itu ada mata air dan adanya sistem pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari serta kolam pemandian yang merupakan peninggalan dari sistem pengaturan ini. Posisi di atas bukit juga memberikan udara sejuk dan pemandangan alam yang indah bagi para penghuninya, selain tentu saja membuat kompleks ini lebih sulit untuk diserang lawan.

Keistimewaan lain dari situs ini adalah adanya tempat di sebelah kiri gapura terdapat "tempat kremasi". Mengingat ukuran dan posisinya memperlihatkan sesuatu atau suatu kegiatan. Pemberian nama "tempat kremasi" ini semacam altar atau tempat sesajen, menyiratkan harus adanya kegiatan kremasi rutin di tempat ini yang perlu diteliti lebih lanjut.

Bagaimana, apakah semakin tertarik untuk mengunjungi tempat ini bersama keluarga? Saat ini Kawasan Keraton Ratu Boko sudah dilengkapi dengan taman rekreasi yang dapat dipergunakan untuk refreshing, ada kawasan perkemahan dan trekking, restoran dan ruang terbuka (Plaza Andrawina) yang dapat dipakai untuk kegiatan pertemun dengan kapasitas sekitar 500 orang, dengan pemandangan ke arah utara (candi Prambanan dan Gunung Merapi). Selain itu, pengelola menyediakan paket edukatif arkeologi, serta pemandu wisata.

Kawasan Keraton Ratu Boko ini juga ramai dikunjungi para muda-mudi karena di lokasi ini pada musim kemarau akan disuguhi dengan pemandangan luar biasa saat matahari terbenam. Berfoto di situs budaya nusantara itu keren.

Tunggu apalagi, wisata yang kekinian tentu saja yang bermanfaat untuk diri kita
.
Selamat berakhir pekan.


Penulis : Yulie Feizal
Sumber Informasi : Pengalaman pribadi dan wikipedia
Sumber foto : Koleksi Pribadi