JellyPages.com

Tuesday 11 May 2010

Bernyanyi dan Memandangi

Jam istirahat pertama berbunyi, dan seorang guru mendekati aku, beliau bertanya apakah aku mau ikut latihan bernyanyi bersama teman-teman. Aku ragu-ragu menjawab dan dengan bijak ibu guru itu meminta aku menanyakan hal ini ke ibu aku di rumah nanti. Bila mama mengijinkan, besok siang sepulang sekolah, aku dan teman-teman harus mulai berlatih. Aku termenung dan bertanya dalam hati, apakah aku boleh bernyanyi bersama teman-teman, ya? Hingga menjelang siang, pertanyaan itu masih berputar di kepala aku. Beberapa teman perempuan aku sudah mulai merajuk, ikut aja. Nanti kita pulang sama-sama. Aku jawab, aku tanya mama aku dulu dan tersenyum.

Siang ini, aku mulai berlatih bernyanyi bersama teman-teman. Akhirnya mamaku mengijinkan setelah menanyakan tujuan latihan ini. Latihan belum mulai, tapi kami sudah bergerombol di ruang kepala sekolah. Aku dan beberapa teman perempuan kebagian koor lagu hymne guru dan rayuan pulau kelapa. Kebanyakan kami perempuan, sedikit sekali teman laki-laki yang terlibat. Fokus perhatian aku tertuju pada 3 teman laki-laki aku, aku tidak tahu siapa mereka. Ketiganya tengah dilatih oleh salah seorang guru di depan mikrophone. Siapa ya mereka? Tampak mulut-mulut kecil itu mengeluarkan lagu yang mulai mengalun terdengar di telingaku.

Tiba-tiba seorang guru berada di samping aku dan bertanya, apakah aku mau berlatih piano, les dengan teman-teman yang sudah bergabung lebih dahulu. Aku jawab iya aku mau. Ibu guru itu tampak manis tersenyum dan akan meminta ijin ke mamaku untuk berlatih piano. Aku suka banyak yang menawarkan aku latihan-latihan yang bisa membuat aku mendapat suasana baru. Aku perhatikan teman laki-laki itu masih saja berlatih dan aku dengan teman-2 perempuanku masih duduk memperhatikan.

Latihan bernyanyi itu tidak lama aku rasakan. Mungkin hanya 3-4 kali dan sepertinya cepat berlalu. Sore itu mama membangunkan aku dan akan diantar ke sekolah. Mama bilang, aku akan tampil bernyanyi bersama teman-teman di RRI (Radio Republik Indonesia). Kami akan naik bis dari sekolah, dan mama berpesan agar selalu mengikuti rombongan. seragam aku sudah rapi kupakai dan aku diantar ke sekolah oleh papa.

Kulihat teman-teman sudah ramai berkumpul di halaman depan sekolah. Aku segera berkumpul dengan mereka. Seragam mereka sama denganku, hem putih dan rok abu-abu. Kami bercanda sejenak hingga seorang guru perempuan meminta kami menyusun barisan untuk absen. Kami semua berbaris, kecuali 3 anak laki-laki yang bernyanyi di depan mikrophone. Ketiganya berdiri terpisah dan dikawal oleh orang tua salah satunya. Aku melihat mereka dan salah seorang lainnya tidak mau melepaskan pandangan matanya ke aku. Siapa ya?

Usai mengabsen, para guru sibuk menggiring kami ke bis untuk berangkat. Karena badan aku lebih tinggi dari teman yang lain, aku berada di barisan belakan sehingga aku terakhir masuk dalam bis. Cukup tinggi untuk menjangkau tangga bis abu-abu itu, sedikit kesulitan aku menaikinya dengan kaki kecilku. Ketika langkah ke duaku menapak pada tangga ke dua, kudengar suara ribut di belakang aku. Aku menoleh dan berdiri di pintu bis. Kulihat anak laki-laki yang tidak melepaskan pandangannya ke aku, berdiri di depan pintu bis, sementara 2 orang temannya sibuk menarik tangannya untuk masuk ke mobil yang berbeda. Anak laki-laki itu tetap tidak mau, dia mau naik bis yang sama dengan bis aku. Aku masih memandang dia dengan heran, kenapa mau naik bis ini? Bukankah lebih enak naik mobil pribadi? Aku nggak mengerti, hingga akhirnya kepala sekolah melerai dan memberi tahu kalo mereka bertiga harus naik mobil pribadi yang sudah disediakan. Baru mereka bertiga pergi dari situ dan aku masih memandangi anak laki-laki itu yang tidak mau melepaskan pandangannya ke aku.

Bis besar abu-abu sudah masuk ke halaman RRI, kami sudah bersiap-siap turun, beberapa teman bahkan sudah turun. Kulihat lagi melalui jendela, kulihat anak laki-laki itu berlari dari mobil menuju bis dan menunggu di depan pintu. Aku beranjak turun dan melihat dia lagi. Dua temannya kembali menarik tangannya untuk mengikuti arahan guru. Setengah hati ditinggalkannya aku, dan dia mengikuti temannya. Aku masih nggak mengerti, apa yang dia cari. Sepertinya dia menunggu sesuatu. Dan aku nggak tahu itu apa? Yang aku tahu, mata kami selalu bertemu dan tidak mau lepas.

Usai acara kami kembali ke sekolah dengan bis yang sama. Hari sudah gelap, dan kulihat di ujung gang ada mobil papaku. Aku sudah dijemput. Turun dari bis, aku berlari ke arah papaku dan memeluknya. Ditanyanya, apakah aku senang. Aku menganggukkan kepala dan siap bercerita apa yang aku lakukan tadi di RRI. Belum aku mulai bercerita, anak laki-laki itu kembali berada di belakang aku, aku menoleh cepat dan dia segera berlari cepat menghindar. Aku belum sempat bertanya siapa namanya. Dan aku kembali diam.


No comments: