JellyPages.com

Sunday 23 May 2010

Puisi nilai 9

Hari ini pelajaran Bahasa Indonesia, aku suka karena ibu gurunya sabar dan pelajarannya mudah dipahami. Kukeluarkan buku pelajaran dan buku tulisnya, sudah rapi di atas meja beserta alat tulisnya. Kulihat dari deretan jendela bagian dalam, ibu guru sudah berjalan menuju kelas kami. Tumpukan buku besar diletakkan beliau di atas meja dan di tengah-tengah kelas, beliau memulai pelajaran. aku tenang di mejaku dan mendengarkan. Hari ini kami belajar membedakan puisi dan prosa. Diakhir pelajaran, ibu guru berpesan agar kami membuat kelompok dengan 3 anggota dan membuat salah satu dari materi pelajaran : puisi atau prosa. Aku mengedarkan mataku ke kelas, mencari teman perempuan aku untuk mengajak berkelompok, ada 2 orang teman memanggil namaku dan bertanya apakah mau sekelompok, aku menganggukkan kepala.

Di rumah aku mulai memikirkan tema apa yang bagus untuk tugas puisi itu. Apa aku bercerita tentang pemandangan, bunga, keluargaku atau apalah yang lain. Pasti banyak sudah teman-teman yang memilih tema itu. But I have no idea at all. Aku keluar rumah dan berjalan ke tepi pantai. Kupandangi selat dengan pulau membentang di sepanjang tautan mata. Laut ini tenang, dengan tepian yang menyurut sehinga tampak karang-karang hitam di dasarnya. aku masih berdiri di tepiannya dan menikmati angin melalui rambutku yang panjang terurai, membelai wajahku dan kucium aroma laut yang khas. Besok kami harus berkumpul untuk menuliskan puisi ini bersama.

Ke dua temanku sudah duduk di kursi tamu rumah aku. Sudah kukeluarkan minuman dan kulihat temanku sudah mengeluarkan secarik kertas bertuliskan kalimat-kalimat yang belum sempat aku baca. Teman yang lain menyodorkan kertas itu untuk aku baca, kusimak satu demi satu isi puisi itu, bercerita tentang suasana sekolah. aku tersenyum dan kubilang bagus. Kemudian aku memeriksa rima akhiran puisi, sudah benar. Kucek lagi isinya, ah...ada yang terlompat. Aku menambahkan 4 kalimat di antara alinea 1 dan 3. kukembalikan ke temanku lembar kertas itu dan mereka bertanya mengapa harus ditambah. Aku jelaskan kalau maksudnya sedikit lompat ceritanya. Mereka menggangguk dan bertanya apakan ini cukup bagus untuk dikumpulkan. Aku bilang iya, temanya bagus dan tidak terpikir sama sekali. Karena kupikir aku mau menulis tentang laut yang menemaniku di siang hari. Tapi temanku sudah menulis lebih dulu, biarlah.

Tuga itu dikumpulkan hari ini, teman-teman di kelas berebut meletakkan kertas di atas meja ibu guru. Kudengar di belakang kelas ada yang ribut. Suara itu cukup keras menunjukkan kekesalan. Kulihat si mata tersenyum membanting kertas di atas meja, tanda tidak puas dengan hasil tulisan puisi itu. Dia bergegas ke meja guru dan bilang kalau puisinya belum selesai, dia akan kumpulkan di jam istirahat berikutnya kemudian dia bergegas keluar kelas dan berlalu. Aku bingung melihatnya dan bertanya dalam hati, apa boleh meninggalkan kelas seperti itu?

Tepat di jam istirahat ke dua, si mata tersenyum kembali ke kelas dan mengumpulkan kertas berisi tulisan penuh sekali. Dia sampaikan ke teman kelompoknya bahwa sudah selesai dikerjakan dan lihat nanti hasilnya. Yakin sekali yah.

Kulihat di meja guru sudah berkumpul teman-2 menutupi meja tua itu. Pasti ada yang dibagikan, aku bergegas ingin tahu dan tiba-tiba ada teriakan senang "weee....dapat sembilan". Aku melihat seorang anak laki-laki mengacungkan kertas ke udara setegah berlari kembali ke mejanya. Dibelakangnya mengikuti beberapa anak yang penasaran ingin tahu kebenarannya. Si pemegang kertas buru-buru menyimpan kertas itu, dia bilang yang buat belum lihat nanti saja. Aku cuma mengamati dari jauh dan segera kutemukan kertas hasil pekerjaanku. Kulihat nilai di situ hanya 7,5. Aku jadi penasaran dengan nilai 9, seperti apa ya menulisnya sehingga dapat nilai sembilan. dengan sabar kutunggu kertas itu keluar dari tas teman laki-laki yang menyimpannya. Si mata tersenyum berlenggang masuk ruang kelas, teman sekelompoknya segera menunjukkan hasil nilai 9 itu, kelas kembali riuh karena ingin tahu nilai itu. Akupun mendekat dan bilang "apa aku boleh lihat, seperti apa yang dapat nilai 9". si mata tersenyum memandang aku dan bilang "ini, tapi jangan lama-lama". diulurkan kertas itu ke aku, tapi dari belakang teman perempuan menariknya, aku bilang jangan nanti sobek. Dilepaskannya dan segera kukembalikan sambil berkata "nanti saja aku bacanya, teman-teman yang lain nanti berebut". Aku kembali ke mejaku dan diam di situ. Hingga jam pulang sekolah, masih tak kuhampiri puisi itu, karena kulihat beberapa teman masih ingin melihatnya. aku pulang.

Esok pagi, sebelum bel berbunyi, aku sudah duduk rapi di bangku sekolah. Semua bangku masih penuh terisi, aku menoleh ke belakang, bangku si mata tersenyum masih kosong. aku kembali menatap ke depan. Akhirnya bel berbunyi aku menghela nafas, apa iya dia nggak masuk sekolah, aku menundukkan kepala. tiba-tiba selembar kertas sudah berada di atas mejaku dan kertas itu bertuliskan angka 9. Ku angkat kepalaku dan si mata tersenyum ada di hadapanku sambil berkata "ini buat kamu". Aku bengong dan kulihat dia berlalu menuju mejanya. Aku baca habis puisi itu dan terbelalak, temanya bunga mawar. Apa iya anak laki-laki bisa menuliskan puisi tentang bunga mawar? Aku ulangi lagi membaca puisi itu, bahasanya mengalir. tapi ini bukan puisiku, kenapa diberikan ke aku ya? tiba-tiba pertanyaan itu muncul. Selang pelajaran usai aku bergegas ke meja belakang dan menemui si mata tersenyum, aku bilang ini puisinya aku kembalikan. Dia memandangku dengan heran dan menjawab, aku kasih kamu. Aku jawab lagi, ini punya kamu, aku sudah selesai membacanya. Tapi dibantah lagi, aku sudah nggak butuh buat kamu aja. Aku bengong, apa iya kertas bernilai ini tidak dibutuhkan. Belum lama aku berpikir, tiba-tiba teman perempuan aku merebutnya dari belakangku, buat aku aja kalo gitu dan dia berlari menjauh. Si mata tersenyum berteriak, itu punyaku. Tapi kertas itu sudah menghilang di dalam tas pemiliknya. Aku cuma bisa bilang "maaf" dan kembali ke bangkuku. Aku menyesal kenapa kukembalikan kertas itu, padahal aku suka dia memberikan itu buat aku. aku kembali diam. Dan ketika bel istirahat berbunyi, simata tersenyum sudah ada di sampingku dan berkata, besok aku ganti, aku buat puisi lagi buat kamu yah, besok pagi. Aku tersenyum.

No comments: