JellyPages.com

Monday 17 May 2010

Serumpun Padi

Hari ini hari yang menyenangkan buat aku, karena hari ini ada pelajaran menyanyi. Entah kenapa, aku suka menyanyi, lebih-lebih ibu guru ini mudah sekali dipahami cara mengajarnya. Sederet not angka dan narasinya sudah siap di papan tulis. Aahh...lagu baru rupanya. Usai bel istirahat, aku dan teman-teman sekelas mulai mempelajari dan mempraktekkan alunan lagu itu. Serumpun Padi, itu judulnya. Berulang kali ibu guru selalu mengingatkan kami untuk berhati-hati ketika sampai pada nada-nada tinggi. Aku suka nada tinggi, membuat suaraku melengking. sebelum pulang, ibu guru mengingatkan pada kami untuk mempelajrai lagu itu dan akan diujikan 2 minggu lagi.
Hari ini panas, aku memilih berteduh di teras kelas dan memandangi teman-temanku berlari-larian di lapangan berdebu. Du, teriknya matahari ini. Waktu istirahat masih 10 menit lagi, bergegas aku ke ruang perpustakaan. Sebelum istirahat, salah seorang guru meminta aku untuk datang ke ruang itu untuk tes bernyanyi. Mungkin akan ada lomba lagi. Tiba di ruang itu, kulihat 5 temanku sudah berjajar dan melantunkan tangga nada. Aku berbaris di belakangnya. Tiba giliranku, aku melakukan hal yang sama. Setelah selesai 1 oktaf, bapak guru meminta aku untuk melantunkan 3 oktaf, mulai nada bawah hingga nada atas, huff....aku menarik nafas panjang dan mengaturnya. dengan mulus nada itu sempurna kulakukan. Belasan anak dites dan hanya 6 anak yang menjadi kandidat untuk dikirimkan lomba bernyanyi dan deklamasi. Kuperhatikan satu per satu 6 temanku, dan mataku tertuju pada satu orang anak laki-laki dan 2 temannya. Anak laki-laki yang selalu menarik perhatian aku. Aku hanya memandanginya dari jauh, kulihat dia sibuk berbincang mau menyanyikan lagu apa dengan teman-2nya. Bapak guru berpesan, agar mulai besok setiap jam istirahat, kami berlatih menyanyi dan akan dipilih 2 anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan untuk mewakili sekolah. Aku kurang suka dengan cara ini. Tapi kuikuti saja mau para guru.
Kami ber-enam berlatih lagu setiap jam istirahat, 1 lagu daerah pilihan dan 1 lagu wajib. Aku menyanyikan lagu serumpun padi dan si patokaan. Dan anehnya, semua teman juga memilih lagu wajib yang sama, kata mereka sekalian belajar lagu yang akan diujikan minggu depan. Dua sampai tiga kali aku berlatih bersama teman-2...tapi ada enggan mulai menghinggapi beberapa teman untuk mulai meninggalkan latihan, termasuk anak laki-laki itu. tinggal aku berdua dengan teman perempuanku dan 1 anak laki-laki yang bertahan. Akhirnya seleksi alam lebih berperan...aku mengundurkan diri, hingga tersisa 2 anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan. Ah, aku tidak perduli...aku tidak ingin lomba itu.
Suasana kelas tampak sepi, anak-anak diam di tempat menunggu ibu guru kami masuk kelas dan memulai ulangan bernyanyi. Aku sudah siap menyanyikan lagu itu, lagu yang kami pelajari mulai 2 minggu lalu, serumpun padi. Aku mendapat giliran ke tiga untuk maju dan bernyanyi, kulantunkan dengan mulus setiap nada dan kata dalam lagu itu, suasana sunyi, hanya terdengar suaraku. Kuedarkan pandanganku ke seluruh kelas sembari bernyanyi dan mataku tertumbuk pada anak laki-laki yang berdiri disamping meja sambil memandangku tanpa kedip. Aku heran, kenapa dia memandangi aku yang sedang bernyanyi. Ada kilat jenaka dibalik matanya yang tersenyum ke arahku meskipun bibirnya diam. Dia berjalan selangkah ke depan kemudian mundur ke belakang hingga terhadang tembok kelas, dan membuat aku bertambah heran, apa dia sudah tidak sabar untuk bernyanyi di depan kelas ya...itu yang ada dipikiran aku. Mataku tidak bergerak lagi dan hanya melihat dia. Usai laguku, aku bergegas berjalan ke arah mejaku dan tetap tidak melepaskan pandanganku ke dia. mata itu teduh dan menyenangkan hatiku. seperti mengajak aku bercanda walaupun tidak berucap kata. Hingga suara ibu guru yang menanyakan dia apakah dia mau ke toilet atau tidak, karena hingga aku duduk, dia masih berdiri. Riuh teman-teman sekelas merespon dia. Aku menoleh ke belakang dan kulihat dia masih memandangku tapi tidak dengan senyum. Aku menunduk sambil kembali menghadap ke depan kelas.
Sejak kejadian itu, aku selalu mencari tahu, apa yang ada di matanya. Seperti berbicara dengan dia ketika mata kami beradu pandang. Aku tidak pernah tersenyum, demikian juga dia. Tapi mata itu selalu tersenyum untuk aku.

No comments: