JellyPages.com

Tuesday 6 July 2010

Dia yang jauh

Siang ini panas sekali, aku baru pulang dari kampus, nggak jauh sih dari rumah, cuma panasnya cuaca bikin aku meleleh. Baru saja aku masuk ke halaman rumahku, teman sebelah rumah sudah menyapa dan menyampaikan kabar bila Dia baru saja meninggalkan komplekku. Yah, padahal aku sudah menunggunya di hari-hari terakhir, kenapa Dia datang saat aku di kampus. Kecewa banget nggak bisa ketemu Dia. Kutanyakan apa Dia akan datang lagi ke komplek. Pertanyaanku dijawab, iya. kapan? Entah, mungkin akhir pekan. Wah...jadi berbinar mataku.

Waktu seperti lambat sekali tiba di akhir minggu. Dan aku sudah tidak sabar dengan waktu itu. Sering sekali tirai jendela depan rumah kusibakkan hanya untuk memastikan suara yang ada di depan rumah, tapi bukan siapa-siapa. Mulai bete...

siang itu aku lelah sekali, pulang dari kampus aku tiduran di kamarku sambil membaca buku. sudah sepuluh halaman kuhabiskan, mulai kudengar suara orang berbincang di halaman depan. Seperti aku kenal suaranya, siapa ya? Aku bergegas turun dari tempat tidur dan keluar kamar untuk kembali memastikan siapa yang ada di luar sana. Kusibakkan pelan-pelan tirai jendela ruang tamu, itu Dia. Sedang berbincang dengan teman di sebelah rumahku. Masih sama seperti kemarin di Reuni, belum ada yang berubah. Aku ingin keluar, tapi kuingat aku masih pakai baju tidur, sedangkan mereka berbincang berdiri di sisi pagar. Aku ingin ganti baju, tapi nanti ada yang terlewat dari pandangan mataku. Akhirnya kuputuskan menganti pakaianku dan kembali melihat Dia di balik tirai jendela rumahku. Lho, kok udah nggak ada? Aku segera keluar dari pintu rumah dan menengok ke arah dalam rumah sebelah. Rupanya mereka berpindah duduk di teras. Aku ingin bergabung tapi, apa ya? Ada yang mencegahku untuk ikut di situ. Akhirnya kuputuskan untuk duduk saja di teras rumahku dan mendengarkan pembicaraan mereka.

Panjang lebar Dia menceriterakan kunjungan hari pertamanya. Dia sudah bertemu beberapa teman di komplek kecuali aku. Dan menyebutkan satu nama teman perempuan yang tinggal di deretan rumah belakang. Aku menyimak setiap kata pembicaraannya, dan ingin menyapa. Tapi kenapa belum mau juga kakiku beranjak dari tempat duduk. Berat rasanya melangkah ke rumah sebelah.

Akhirnya aku beranjak juga dan berdiri di sisi pagar pembatas rumah, teman sebelahku memberitahu kalau aku ada di situ dan menganjurkan untuk menyapa. Tapi Dia yang duduk memunggungi aku, tidak menggubrisnya. Beberapa kali temanku menoleh ke arahku, tetap saja nggak diindahkannya aku. Kenapa ya? Apa aku punya salah? Sepertinya tidak. Tiba-tiba Dia mengeluarkan selembar kertas bergambar dari pensil, Dia sebutkan kalau itu gambar teman perempuan yang tinggal di deretan rumah belakang. Aku jadi pengen tahu, kenapa Dia tidak menggambar untuk aku lagi yah? Menyapapun tidak. Teman sebelah rumahku bilang, gambar itu sama sekali nggak mirip dengan teman di belakang rumah, tapi lebih mirip aku. Aku jadi pengen tahu seperti apa gambarnya. Tapi ada rasa yang menyesak di dadaku dan menyuruh aku masuk ke dalam rumah. Aku berlari ke dalam kamar dan menangis di atas bantal. Kesal sekali rasanya, disapapun tidak.

Hingga terdengar suara motor menyala, aku kembali melihat dari balik tirai dengan mata sembab, "aku nggak mau kesini lagi, ini terakhir aku kesini" dia berkata keras dari atas motor. Maksudnya apa? Aku merasa kesal karena dia tidak bicara dengan aku dan aku kehilangan kesempatan lagi untuk menyampaikan rasa aku ke Dia. Aku berlari ke kamar dan menangis lagi, sakit sekali rasanya.

No comments: