JellyPages.com

Wednesday 14 July 2010

Diary Biru Muda

Di dalam buku ini aku menuliskan semua yang terjadi, terutama dengan Dia. Diary warna biru muda bergambar anak perempuan kecil di sampul tebalnya. Hampir setengah sudah aku menuliskan setiap ceritaku yang berkesempatan dengan Dia. Bila telah kutuliskan, aku membacanya berulang, rasanya membuat aku nyaman. Aku bahkan sering membawanya ke sekolah, dan membacanya kala waktu istirahat sekolah bila aku tidak jaga koperasi. Terlintas dalam benakku, aku ingin Dia juga membacanya agar Dia tahu apa yang sudah ada di hati aku. Tapi bagaimana caranya.

Kelas sudah hampir kosong karena teman-2 sudah keluar kelas untuk istirahat. Dia masih duduk di bangku belakang, dan temanku ternyata beberapa juga ada disitu. aku beranjak ke bangku belakang dan membawa diary biru aku, dengan sengaja kuletakkan di atas bangku Dia, dan aku mulai sibuk berbincang dengan temanku yang lain. Beberapa kali aku melirik diary itu dan berharap Dia menanyakan, tapi kok ya Dia juga sibuk berbincang dengan teman-2nya. Hingga jam istirahat usai, baru Dia melihat diary itu dan bertanya,"punya siapa?" Aku memalingkan wajahku ke arah Dia dan berkata,"punya aku, mau baca?" entah apa yang terlintas di kepalaku, tiba-2 aku berani menawarkan diary itu untuk dibaca. Diraihnya diary itu dan dibuka cepat lalu dikembalikan ke aku,"Nggak, ini tulisan pribadi kamu kan?" Aku menganggukkan kepala dan kembali menawarkan,"Kalau kamu mau isi, boleh juga?" Haah, aku bisa bicara begitu, berani banget yah. Dia memandangi aku tanpa menjawab, dan aku harus kembali ke bangku segera karena guru sudah masuk dalam kelas. kusimpan diary biru itu ke dalam tasku dan aku mulai mengikuti pelajaran lagi.

Jam istirahat ke dua, aku harus jaga koperasi yah, kutinggalkan kelas dan segera beranjak ke koperasi. tugas rutin bergilir ini aku lakukan dengan senang hati. Hingga jam istirahat selesai, aku kembali ke kelas dan mendapati tas aku terbuka, lho aku kan tinggalkan dalam keadaan rapi. Kok jadi berantakan yah. aku memeriksa isi tas itu dan tak kudapati barangku hilang, semua lengkap. Aku mengamati sekeliling aku dan semua siap menerima pelajaran. Akupun bersiap tanpa bertanya.

Tiba di rumah, aku memeriksa kembali semua barangku, tapi benar tidak ada yang hilang. Mataku tertuju ke diary biru muda. Aku membuka halaman demi halaman, dan kulihat ada yang berbeda. Satu halaman berisi tulisan puisi, ada delapan baris kalimat dengan jarak satu garis. Siapa yang menulis yah, apa mungkin Dia? Kubaca berulang puisi tanpa judul itu. Tentang bunga mawar dan detilnya. Aku suka.

Esok harinya di sekolah, aku bergegas ke arah Dia dan menanyakan apa dia yang menuliskan puisi di dalam diary biru aku. Dia mengelak kalau itu Dia yang tulis. Aku tersenyum aja, karena Dia berkata tidak dengan memandangi mataku tanpa lepas....Dia yang menulis dalam Diary itu. Aku kembali ke bangku aku dan membaca ulang puisi yang dituliskannya. Aku jadi penasaran, kenapa Dia mengelak menjawab yah. Di halaman berikutnya, aku menggambarkan pemandangan laut di dekat rumahku, ada pulau di seberang, laut dalam, sedikit pelabuhan dan tepi pantai rumahku. Belum selesai aku menggambarkannya, guru sudah masuk ruang kelas dan pelajaran mulai. kemasukkan diary itu dalam tas kembali. Aku berpikir, untuk meninggalkannya lagi dalam tas seperti kemarin dan aku meninggalkan ruang kelas dengan sengaja meskipun aku tidak jaga koperasi. Aku ingin tahu, apa Dia akan mengambil diaryku lagi atau tidak.

Kembali ke kelas, aku segera membuka tasku dan mengambil diary itu lagi. Kubuka halaman terakhir aku menggambar, tidak kudapati tulisan. Kuperhatikan gambarku dan kulihat ada tambahan kapal nelayan di situ. Aku segra melihat ke bangku belakang, ke Dia. Dia memandangiku dan tersenyum, memang Dia yang mengambil dan mengisi diary itu. Aku tersenyum dan kembali menyimpannya. Aku suka dia mengisi diary biruku. Aku jadi sering meninggalkannya di dalam tas supaya dia bisa mengambilnya dan mengisi diaryku.

No comments: