JellyPages.com

Wednesday 9 June 2010

Aku ditinggal sendiri di sekolahku

Kantor papa tampak sepi, semua orang berseragam sibuk dengan pekerjaan masing-masing, hening. Aku bosan bermain di meja papa. Aku menengok ke kanan dan ke kiri, semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tampak di balik pintu juga sepi, aku beranjak dari kursi untuk memastikan apakah benar di luar ruangan papaku benar sepi. Berpegangan kusen pintu, aku melihat tidak ada orang lalu lalang. Kantin di dekat situ juga sepi, hanya penjaganya saja yang ada di situ. Aku juga enggan bermain di kantin. Aku bertanya ke papa, apakah hari ini mama juga ke kantor? Papa menganggukkan kepala, ah...berarti aku ada teman nanti. Aku kembali duduk tenang di meja papa dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Aku baru boleh bermain bila semua PR sudah selesai.

Dari kejauhan kudengar suara ibuku berjalan di lorong menuju ruang musik. Aku bergegas merapikan semua isi tas sekolahku dan minta ijin papa untuk bermain di ruang kolintang. Papaku mengijinkan dan akupun bergegas pergi dari ruangan papa.

Belum sampai masuk ke ruang kolintang, dia, teman mainku sudah menunggu di muka ruangan dan mengajakku untuk main keluar area kantor papa. Aku ragu-ragu, apa aku boleh main di luar area kantor papa, kemudian aku bertanya, mau main kemana? Ke belakang kantor papa katanya, berarti nggak jauh ya, aku berpikir demikian. Pembicaraan kami didengar oleh seorang bapak yang ada di sekitar situ, beliau berkata untuk meminta ijin dulu ke papa kalo mau bermain ke luar kantor. Aku bilang, iya aku pamit ke papa dulu ya.

Usai pamit, kami bergegas ke luar kantor melalui pintu belakang dan berjalan menyusuri kantor berdua, siang itu terik tapi aku suka berjalan menyusuri jalan kering itu. Di sepanjang jalan dia bertanya apa pekerjaan rumahku sudah dikerjakan, aku menganggukkan kepala dan bertanya, "kita mau kemana?". Dia hanya menunjuk ke depan, sekolahku. Aku bertanya lagi memastikan,"ke sekolahku?". Ganti dia yang menganggukkan kepala. Ooo ... aku kenal area itu, itu sekolahku, di belakang kantor papa tapi terpisah dengan beberapa petak area tambak.

Kami tiba di sekolahku, aku suka sekali, kutunjukkan ruang kelasku, bangku tempat dudukku. dan kami bermain-main di kelasku yang tidak terkunci. Kami mencorat-coret papan tulis dan tertawa bersama melihat gambar dan tulisan di papan tulis. Kutunjukkan garis bilangan yang tadi siang aku kerjakan, dan dia menerangkan bagaimana seharusnya melakukan itu. Aku suka temanku bisa mengerti apa yang aku tulis di papan tulis itu.

Kami berlari ke luar kelas dan menuju halaman luas di tengah-tengah sekolah. Banyak bunga bougenville di sekeliling lapangan dan aku sibuk menuju wilayah belakang sekolah, dekat dengan rumah kepala sekolah. Kulihat ada kakak yang sedang belajar di teras. Dia menyapa aku, aku bertanya apa yang sedang dikerjakannya. Dia menjelaskan kalau sedang mengerjakan pekerjaan rumah. Kulihat temanku masih bermain di sekitar situ, di bawah pohon kersen. Dan kudengar namanya dipanggil 2 anak sebaya dari pagar depan sekolah. Dia berlari menuju temannya. Aku kembali asyik melihat kakak itu mengerjakan pekerjaan rumahnya. Kudengar namaku dipanggil, aku menolehkan kepala. dia mengajakku pulang, aku bilang nanti aja. Aku masih mau main disini, jangan ditinggal ya. Dia bilang, iya dan akupun tenang. Kembali kuperhatikan gambar itu dan kulihat temanku bermain berlarian di lapangan tengah sekolah. Duh, itu hari panas kok main di tengah lapangan sih, dasar anak laki-laki. Aku diberi secarik kertas dan pena oleh kakak itu dan aku mulai menggambar. Asyik aku menggambar hingga kusadari suara temanku sudah tidak ada lagi. Aku tinggalkan gambarku dan mencari temanku, tidak ada. Di ruang kelas juga tidak ada, di belakang kelas juga tidak ada. Kemana mereka?

Aku melihat pintu besi kecil di bagian belakang terbuka, aku longokkan kepala dan kulihat mereka bertiga sedang berjalan di pematang tambak. Aku berteriak, tunggu jangan ditinggal. Dia melihatku dan berkata, kesini bisa nggak? Aku bingung melihat pematang tanah yang berkelok tidak jelas dan aku bertanya gimana caranya? Dia menunjukkan jalan dari mana aku bisa mulai dan tiba di tempat dia. kuikuti jalan yang ditunjukkan, kucoba mengikuti dia dan aku terpaku di depan parit kecil dan aku ragu-ragu untuk melompat. Kaki kecilku pasti nggak bisa, aku pasti terperosok di situ dan aku menggelengkan kepala. Aku berteriak, aku nggak bisa lewat sini, ada jalan lain nggak? Dia bilang, loncat aja. Aku menundukkan kepala dan berbalik arah. Kulihat mereka masih asyik dengan sesuatu di dalam tambak. Aku kembali masuk area sekolahku lewat pintu besi kecil itu lagi. Tapi aku ragu-ragu untuk pulang lewat pintu depan. Aku kembali masuk ke area tambak dan kulihat, temanku tidak ada. kemana mereka. Kok aku ditinggal. Akhirnya aku benar-benar kembali ke sekolahku.

Kakak itu melihat aku heran dan bertanya, sudah ketemu temannya? Aku jawab sudah, tapi aku nggak bisa lewat sana. Kakak itu iba, kemudia dia bertanya, aku mau pulang kemana? Aku jawab ke kantor papa. Kakak itu kemudian mengantarkan aku pulang ke kantor papa.

Setibanya di kantor papa, aku langsung masuk ke ruangan papa, kulihat papa tidak ada di mejanya. Aku kemudian ke ruang musik, sudah di kunci. Aku ketakutan, aku kembali ke ruang papa dan bertemu dengan Bapak yang tadi lagi, beliau bertanya, darimana saja, semua orang sibuk mencari kamu. Aku terhenyak, ah aku sudah bikin orang lain repot. Aku menyesal, main selama ini. Tapi temanku kemana? Orang tuanya pasti juga mencarinya. Kemudian aku bertemu papa yang ternyata baru turun dari lantai 2, aku ditanya darimana saja karena sudah membuat orang lain repot. Aku bilang aku main di sekolah, tapi ternyata sudah dicari ke sekolah juga aku tidak ada. Wah, gawat deh. Akhirnya aku diantar pulang oleh staff papa, karena ibu juga sudah pulang dan tas sekolahku sudah dibawa. Sepanjang jalan aku memperhatikan jalan, berharap temanku ada di situ. Tapi dia tidak ada.

No comments: