JellyPages.com

Saturday 12 June 2010

Potongan cerita kolam renang

Aku suka sekali bermain air, tidak peduli dengan larangan papa atau mama, melihat air seperti ingin berada didalamnya. Papa begitu mengerti aku dan mulai rutin mengajakku ke kolam renang dekat rumah, usiaku saat itu baru 8 tahun. Setelah mengganti pakaianku dengan swimsuit, akuberjaln melihat banyaknya air di hadapanku. Papa menunjukkan tempat yang aman buatku, kolam yang dangkal dan tidak terlalu penuh. Aku menurunkan kakiku pelan-pelan, dingin, tapi aku suka. Kulihat di seberang sana ada sekelompok anak sedang berlatih berenang. Kuperhatikan bagaimana mereka meluncur dan menggerak-gerakkan kakinya. Aku masuk ke dalam kolam, dan air dingin itu mulai merendam badanku. Aku berjalan-jalan di kolam dangkal dan merasakan benar kenyamanan di badan aku. Dari jauh papa berteriak, coba masukkan kepalamu. Aku menahan nafas dan menurunkan kepalaku, hanya sebentar karena aku tidak tahu caranya yang benar. Akhirnya papaku meminta seseorang di kolam itu untuk mlai mengajarkanku berenang yang benar. Dan sejak itu, rutin satu minggu 2 kali aku berada dalam kolam itu untuk bekajar berenang.

Berenang sudah seperti makanan bagiku, tak peduli hujan atau terik, aku selalu masuk kedalam kolam dan mulai menempuh jarak, mengalahkan waktu bahkan berlomba. Hampir setiap hari aku membasahkan rambutku yang panjang untuk berenang. Dan aku tidak perlu di antar lagi, Karena aku bisa bersepeda sendiri ke kolam saat berangkat dan sepulang sekolah. Itu sebabnya rambutku sering basah bila pagi-pagi tiba di sekolah, dan Dia sering menanyakannya, kenapa rambutku basah? Aku hanya menjawab, pagi tadi aku latihan berenang. Senang di tanyain.

Seperti biasa, setelah membereskan rumah sepulang sekolah, aku berangkat berenang. Kumasukkan swimsuitku, handuk dan peralatan mandi. Aku bergegas ke kolam, rasanya pengen banget segera nyebur. Setibanya di kolam, cepat-cepat aku mengganti pakaianku dan keluar ke kolam. Aku menggerak-gerakkan badanku untuk pemanasan, dan duduk di pinggir kolam. suasana sepi hari ini, hanya 1-2 orang saja yang berlatih ditambah penjaga kolam yang hilir mudik membersihkan kolam dari daun-daun yang berjatuhan dengan jaring panjangnya. Di deretan bangku penonton juga nampak sepi. Kumainkan kakiku di air, rasa segar menjalar ketubuhku. Tiba-tiba kudengar suara di area penonton, seperti suara yang aku kenal. Berdebat untuk masuk dan melihat kolam, tapi di debat untuk bermain di tempat lain saja. Suara Dia, aku pastikan dengan menoleh ke pintu masuk, benar Dia. kupandangi agak lama dan temannya merasa kupandangi, segera mengajak pergi. Dalam hatiku menjerit, jangan pergi dulu, Dia belum lihat aku berenang. Kemasukkan badanku ke dalam kolam dan segera memulai latihanku, 2 rate terselesaikan dan aku berhenti. Kulihat di area penonton tampak sepi, yah...kemana Dia. aku sedikit kecewa hingga kudengar lagi suara berdebat di balik dinding masuk ruang ganti perempuan. Ku lihat dari bai rambutku yang panjang, Dia bersembunyi di balik dinding, memperhatikan aku, sementara temannya sudah ribut mengajak keluar dari area itu. aku tersenyum, senang Dia ada di sini. Kulanjutkan lagi latihanku hingga selesai dan Dia sudah tidak ada lagi ketika aku selesai berlatih. Akupun pulang.

Di hari lain, aku kembali berlatih berenang dan sendiri. Kolam itu benar-benar memacu aku untuk terus berada di situ. Dan tak berapa lama aku ada di kolam, aku melihat Dia sudah berada di deretan bangku penonton. Aku melihatnya dan ku merasa tenang. Aku suka Dia tidak bersembunyi lagi di balik dinding itu, sehingga aku bisa melihatnya jelas sedang duduk dan mengamati aku berenang dan Dia sendiri. Sejak itu, aku sering ditemani latihan berenang, meskipun hanya diam di tempat duduk dan mengamati aku, aku suka diperhatikan seperti itu. Bahkan ketika lomba, sering Dia hanya sekedar menengok dan memastikan aku benar ada di kolam. Dan bila Dia tidak ada, ada gelisah dan mempertanyakan kemana Dia pergi? Mengapa tidak menemani aku berenang? Sering di lihat bangku dan dinding tempat Dia biasa bersembunyi, memastikan kalau aku salah melihat, memastikan Dia ada di sana. dan bila aku tidak menemukannya, di sekolahpun Dia tidak ada. Semakin sering bertanya dalam hati, tapi aku tidak berani menanyakan hal ini ke Dia.

Sepulang latihan sore ini, aku berjalan ke luar area kolam untuk mengambil sepedaku. Kulihat Dia sudah menuggu di bawah pohon, sendiri. Aduh, jadi gelisah ya aku. Aku hampiri dia dan bertanya, menunggu siapa? Dia tidak menjawab, malah balik bertanya, Mau ikut aku? Aku terhenyak dan menanyakan mau kemana? Dia tidak menjawab dan kembali bertanya, Mau ikut aku nggak? Aku semakin bingung, mau kemana tho? Aku semakin termangu, aku berpikir hari sudah menjelang sore, sebentar lagi malam. Bila aku tidak tahu mau kemana, jam berapa aku akan sampai di rumahku. Kembali Dia berkata, Ikut aku ya? Aku menjawab, maaf, ini sudah terlalu sore, aku harus pulang. Lain kali yah. Aku lihat ada gurat kecewa dimatanya, tapi kemudian dia berkata, janji ya ikut aku. Akupun mengganggukkan kepalaku. Dia berlalu dengan sepedanya, dan akupun pulang ke rumah.

No comments: