JellyPages.com

Tuesday 22 June 2010

Persami buat aku sakit

Aku suka kegiatan Pramuka dan selalu mejadi ketua regu. Saat Siaga aku ada di Barung Hijau sedangkan saat Penggalang aku ketua Regu Bunga Matahari. Dan kami diminta bersiap untuk latihan berkemah, menginap di sekolah dan melakukan aktifitas pramuka. Aku sudah membagi tugas ke anggota regu untuk persiapan membawa perbekalan selama 2 hari semalam di sekolah. Ada tenda, perlengkapan masak dsb. Sibuk yah.

Sekitar pukul 3 sore kami sudah bersiap di lapangan belakang sekolah, memasang tenda, mempersiapkan semua peralatan bahkan tempat upacara pembukaan. Tenda dipasang melingkar di sisi luar lapangan, dipisahkan antara tenda anak laki-laki dan tenda anak perempuan. Aku mendapat tempat urutan ke dua dari ujung bagian dalam, dekat tempat kolam yang tertimbun. Bersama teman-teman, aku mendirikan tenda, memasang pasak, kebetulan tenda yang dipakai itu tenda aku. Setelah selesai berdiri, kuperhatikan sekelilingku, regu yang lainnya masih sibuk mendirikan tenda, ada yang sudah selesai seperti regu kami, ada yang belum, ramai sekali. Kucari sosok teman dan ingin kuperhatikan, Dia. Dan Dia ada dihadapan tenda kami, membelakangi aku. Bersama temannya, Dia sedang menggali parit di sekeliling tenda. Menarik perhatianku dan kutanyakan pada temanku, apa kita juga perlu menggali parit? Temanku segera membuat parit juga di sekeliling tenda. Kulihat beberapa teman dari regu lain sudah mempersiapkan tiang bendera dari tongkat dan tali pramuka, sedang yang lain mempersiapkan kayu bakar untuk api unggun. Lapangan upacara sudah dibersihkan dan kami diminta siap berbaris mengelilingi lapangan di depan tenda kami untuk upacara pembukaan.

Usai upacara pembukaan, kami anak-2 perempuan diminta menata ruang kelas untuk shelter bila hujan tiba, kami tidak diperkenankan tidur di tenda malam hari. Hanya anak-2 laki-2 saja yang boleh tidur di tenda. Sayang banget, padahal aku ingin tidur di tenda juga. Aku bersiap di kelas yang sudah dipersiapkan, bersama teman-2 aku bersihkan ruang kelas agar nyaman dipakai tidur. Aku memilih tidur di dekat bangku sehingga sebagian bangku dapat dipergunakan untuk tempat barang-barang kami. Lantai yang sudah disapu dialasi tikar plastik dan alasi lagi dengan selimut yang kubawa dari rumah. Aku berdiam diri dan mencoba untuk nyaman. Tak berapa lama aku melihat teman perempuan dari kelas sebelah masuk dan meminta beberapa barang, teman perempuan di kelas aku bertanya untuk apa. Teman kelas sebelah itu menjawab, ada yang membutuhkan barang-barang itu, Dia yang butuh. Kami semua bengong. Oleh teman perempuan dalam kelasku dikatakan, kalau mau berbagi sebaiknya pakai barang sendiri jangan minta pada kami. Pertengkaran kecil terjadi, aku cuma tertawa kecil melihatnya, akhirnya teman kelas sebelah keluar dan tidak kembali lagi. Lucu juga.

Malam, setelah makan malam papaku menjenguk aku, melihat kondisi anak perempuannya, rupanya cemas juga papaku. Kami hanya diperkenankan bertemu di pintu pagar. Aku ditanya, mau makanan apa buat malam nanti, aku bilang, "Terang bulan coklat keju, ya pa". Senangnya ditengok papa dan tak berapa lama papaku kembali lagi dengan tas plastik isi terang bulan coklat keju pesanan aku, hmmm harum baunya, pasti enak. Aku kembali ke kelas meletakkan terang bulan itu di atas bangku dan akupun duduk di dekat tempat aku nanti tidur. Sambil menunggu makan malam, aku dan beberapa teman berbincang-bincang. sesekali kulihat bayangan Dia yang lewat di samping kelas, aku melihatnya dan berharap Dia mau menengok aku. Tapi mana mungkin, sibuk Dia dengan teman-temannya.

Rupanya acara malam ini banyak diisi dengan aktifitas di lapangan, setelah memberikan arahan, kakak pembina mengajak kami bernyanyi dan bermain bersama di lapangan. Angin semakin dingin dan lembab, aku mulai menggigil. tapi kami belum diperkenankan masuk ke ruang kelas. Benar saja, tak berapa lama hujan mulai turun dan kami bubar berteduh di dekat ruang kelas. Badanku semakin menggigil terkena air hujan. Mataku sibuk mencari Dia, kemana ya? Aku melihatnya dari kejauhan, rambut dan kemejanya sedikit basah, Dia sibuk mengibaskan rambutnya. Kulihat beberapa tenda bahkan roboh oleh angin, mungkin pasaknya kurang kencang, dan anak-anak riuh ketika tahu itu tenda mereka. Tendaku? Masih berdiri di ujung lapangan bagian dalam, tapi beberapa pasak bawahnya sudah mulai lepas. Anak-anak berkumpul di teras menerima arahan dari pembina, anak perempuan diperintahkan masuk ruang kelas sementara anak laki-laki tetap di teras dan bersiaga bila diperlukan. Aku segera masuk dalam kelas.

Aku terdiam di tempat aku akan tidur, sudah dua kali aku bersin, badanku berasa dingin. Oleh temanku, aku disuruh makan supaya nggak masuk angin. Kucoba makan terang bulan dari papa, baru 2 gigitan, perutku rasanya mual. Aku bilang ke teman kalo aku mual. Terang bulan segera disingkirkan dari hadapanku. Kembali aku bersin-2, aku keluarkan balsem yang kubawa dari rumah, kuminta temanku menggosok punggungku. Dingin kata temanku, sepertinya aku mau sakit nih. Aku berharap aku baik-baik saja besok pagi. Segera kupakai jaket biruku dan aku merebahkan badanku di tempat aku tidur, di atas tikar dan tumpukan selimut yang kubawa dari rumah. Dingin lantai merasuk ke tubuhku dan perlahan aku suhu badanku menghangat dan beranjak panas, aku demam.

Guruku panik melihat aku demam, dipegangnya keningku dan bertanya apa mau diantar pulang. Aku menggelengkan kepala dan berkata, besok pasti sudah tidak apa-apa. Aku minta ijin untuk tidak ikut kegiatan bila hujan sudah reda, aku mau istirahat. Guruku masih cemas, tapi akhirnya ditinggalkannya aku bersama teman-2 di kelas. Aku dilarang keluar kelas, karena masih hujan. Aku sendiri semakin kedinginan, jaket biruku tidak mampu menahan hawa dingin yang menembus badanku. Karena kelelahan, aku tertidur.

Tak berapa lama, kudengar percakapan di dekat pintu, menanyakan siapa yang sakit. Aku membuka mataku dan melihat ke arah pintu. Kulihat Dia berdiri di pintu dan meminta masuk. Temanku melarang karena itu ruang tidur teman-teman perempuan. Tapi Dia memaksa mau melihat aku, "siapa sih yang sakit". Seorang temannya menarik tangannya untuk keluar ruangan, tapi Dia menepis dan masih memandangi aku yang masih tiduran. Aku berkata, "aku yang sakit, tapi aku tidak apa-apa". Dia masih berdiri di situ dan bertanya, "Sakit apa?", temanku bingung, entah mesti berbuat apa. Akhirnya aku mengeluarkan suara, "Aku demam, bila besok pagi masih demam, aku pulang". Pandangan Dia melemah dan menganggukkan kepala, kemudian meninggalkan ruang kelas, dan aku kembali mencoba tidur. Tapi aku tidak bisa tidur, demamku meninggi, aku tetap terjaga sampai pagi, dan demamku tetap tidak turun. Akhirnya pagi-pagi aku pulang ke rumah, tidak melanjutkan acara Persami dan aku tidak melihat Dia ada di sekitar sekolah ketika aku pulang.

Dua hari sudah aku beristirahat di rumah karena demam. Siang ini begitu cuaca terik, aku kegerahan dan memilih duduk di kursi malas papa. Papa ke kantor, mamaku entah keluar ke mana. Kulihat jam sudah lewat pukul 12 siang. Kalau aku masuk sekolah, pasti sebentar lagi waktu pulang. Aku beranjak dari kursi malas dan perlahan menutup pintu depan rumah karena aku ingin tidur di kursi malas. Sebentar saja aku sudah terlelap, mataku berat dan badanku masih lemah, demam ini benar-benar belum mau pergi. Belum lama aku terlelap, kudengar dari luar rumahku, suara anak laki-2 memanggil namaku dan mengajak keluar. Aku terbangun, tapi masih berat kepalaku. Kudengar namaku dipanggil lagi dan tersebut nama Dia. Aku terkejut, dan segera ingin keluar, tapi badanku masih belum mau bangun. Pelan-pelan aku duduk di kursi malas papa. Sedikit pening, tapi aku ingin keluar. Kutarik nafas dan mencoba berdiri. Sedikit terhuyun aku mencapai pintu, masih pening yang kupaksakan berjalan. Kubuka pintu ruang depan dan kulihat Dia dan temannya sudah beranjak dari depan rumahku dengan sepedanya. Aku tersenyum kesakitan, ada rasa senang Dia ada dekatku ketika aku sakit.

2 comments:

Anonymous said...

Waktu itu aku mrasa sepi ketika tidak ada kamu, tenda kita berseberangan,aku selalu mencuri pandang apa yg kamu lakukan
Tp aku sedih kamu pulang
Jadi acara persami tidak ceria

adishbyyulie said...

Maaf sayang, aku juga ingin ada di situ. Seingat aku, sayang menjanjikan sesuatu ke aku disitu, apa ya sayang? Aku lupa...aku nggak ingin pulang, tapi badanku nggak mau kompromi. Samapi 2 hari aku nggak masuk sekolah, dan aku tahu sayang ada di depan rumahku sepulang sekolah. Waktu itu aku lagi tiduran di kursi malas papa di luar kamar, dan aku dengan teman sayang panggil-panggil namaku dan bilang kalau sayang cari aku. Ketika aku bangun untuk melihat keluar, sayang dan teman sudah jalan pergi dengan sepeda. Aku suka sayang datang...