JellyPages.com

Saturday 26 June 2010

Di tengah kampanye

Buat anak-anak seperti kami, arti ampanye memang jauh dari pemahaman. Kami hanya tahu, bila kami berada di tengah keramaian massa yang kami sama sekali tidak kenal itu siapa. Di bawah instansi seperti papaku, mendukung kampanye itu kewajiban yang tidak bisa dielakkan. Kami keluarganya harus senantiasa meramaikan suasana. Seperti yang aku, adikku, mamaku dan tanteku lakukan saat ini.

Tante dan omku sibuk membicarakan pilihan mereka, "coblosan" hanya itu yang aku tahu. Bagi anak seumur aku, tidak paham apa maknanya. Yang aku tahu aku sudah berada di tengah lapangan dan keramaian di salah satu lapangan di area tempat tinggalku. dan aku bertemu teman mainku. Sama seperti aku, Dia juga tidak paham. Karena papa dan mamaku sibuk dengan acara di tempat itu, aku dan adikku diminta untuk menunggu di bawah tenda di sudut lapangan. Ada Dia di situ dan temannya. Oleh ibunya, dia diminta menjagaku dan mengajak main tetapi hanya boleh di sekitar lapangan. Tidak boleh keluar lapangan. Aku menganggukkan kepala, dan adikku dijaga oleh tanteku. Aku, dia dan temannya berjalan berkeliling lapangan, melihat apa saja yang dikerjakan orang dewasa di situ. Langkah kaki kecilku sedikit tertinggal, aku kesulitan berjalan di lapangan yang tidak rata dan berumput. Sementara Dia begitu cepat menarik tanganku.

Aku tetap tidak mengerti, apa yang dilakukan orang-orang dewasa ini. Ada yang berteriak, bernyanyi dsb. Aku, Dia dan temannya kadang berjalan, kadang berhenti, dan sekarang aku berhenti kecapean berjalan cepat. Dia menoleh ke arahku dan menggandeng tanganku, aku menariknya, tidak mau. "Kenapa, ayo." Aku tetap menggelengkan kepala, "aku cape" hanya itu yang meluncur dari mulutku. Ditariknya aku menepi, dan Dia bilang ke temannya untuk menunggu aku disitu dan jangan kemana-mana, kemudian Dia berlari kencang entah kemana. Aku dn temannya diam di tepi lapangan yang riuh, dan kakiku cape. Aku berjongkok untuk meredam kakiku yang cape. Temannya sudah gelisah menunggu di situ. Agak lama kami menunggu, dan Dia kembali dengan minuman di tangannya. "Ini minum." Aku diam memandangi minuman dalam gelas, itu apa? Aku belum pernah meminumnya, nanti kalau di marahain mama gimana ya, kok minum sembarangan. "katanya cape, ini minum." dia menyorongkan gelas berisi sirup merah. Karena haus, aku meminumnya sedikit, manis rasanya, tetapi tak berani kuhabiskan, nanti yang lain minum apa. "Kok nggak dihabiskan?" tanya Dia. Temannya sudah nggak sabar menunggu untuk minum juga dan tangannya hendak mengambil gelas itu."Jangan, kamu minta mamamu sendiri aja." Lho, kok temannya nggak boleh minum, kulihat wajah temannya kecewa. "Nggak papa kok, aku sudah. Buat kamu aja." aku menjawab. Dia menggelengkan kepala dan berkata, "Aku sudah minum tadi. Bener sudah, nanti haus lagi, habiskan ya?" Dia menyodorkan lagi gelas itu. Aku teguk lagi, tapi nggak sampai habis." Dia bertanya kenapa nggak dihabiskan, duh perutku udah penuh nih, aku cuma menggelengkan kepalaku. "Kalau sudah ayo kita kembali ke tempat tadi, cape kan. Tapi kembalikan gelas dulu yah" Lalu Dia menggandeng tanganku sementara temannya sudah berlari entah kemana karena tetap tidak boleh minum dari gelas yang sama. Aku mengikutinya ke tempat penjual minuman dulu baru kami sampai di tempat duduk kami semula.

Tiba di tempat itu, aku duduk, panas terik matahari siang itu melelehkan keringatku. Tiba-tiba seorang ibu mendatangi aku dan mengeluarkan saputangan untuk mengelap keringat di wajahku. "Panas ya mbak?" Aku hanya mengangguk. "Kemana saja tadi, cape ya diajak jalan tadi. Sudah minum?" Kembali aku mengangguk, dan kudengar Dia menjelaskan ke ibunya kalau uang yang diberi oleh ibunya tadi dibelikan minuman 2 gelas, satu untuk Dia dan satu untuk aku. "Nah gitu dong mas, adiknya diurusin yah." Dia duduk di samping aku. Hingga temannya datang dan mengajaknya bermain lagi, aku diajak tapi ibunya melarang. Kuatir aku kelelahan, jadi aku duduk diam melihat Dia bermain dari kejauhan.

Mamaku datang bersama tanteku, mereka gelisah dan bertanya apa aku melihat adikku. Aku bilang, "Tidak, kan tadi sama tante." Mama marah-marah karena adikku hilang. Hah, aku ikut dimarahin karena dianggap tidak ikut menjaga. Aku ketakutan. Supaya kami tidak hilang berdua, aku diantar ke mobil papa dan diminta untuk diam di situ supaya tidak ikut hilang. Aku menunggu lagi di dalam mobil, panas dan sudah berada di luar pagar lapangan. Aku duduk di dalamnya, melihat-lihat sekitar, dan Dian bersama temannya sudah berad di bawah jendela mobil. "Kok di mobil, mau keluar ya? Ayo main lagi." Aku menjawab,"Adikku hilang, aku nggak boleh keluar dari mobil, nanti ikut hilang." Dia memandangi aku dan berkata, "Aku carikan adikmu ya, nanti main lagi." Aku menganggukkan kepala, Diapun berlalu. Apa benar Dia bisa encari adikku. Tak berapa lama Dia kembali dan memberitahu, "Adikmu ada disitu", dia menunjukkan tangannya pada halaman rumah tak berapa jauh dari parkir mobilku. "Dimana?" Aku bertanya, Dia membuka pintu mobilku dan mengajakku turun. Digandengnya tanganku menuju halaman rumah itu, dan kulihat adikku ada disitu. Aku mengajak adikku ke mobil, tapi adikku tidak mau karena masih asyik bermain dengan anak kecil disitu.

Akhirnya aku berkata, "Aku kembali ke mobil aja, nanti kalau tanteku atau mamaku kembali ke mobil, aku bisa kasih tau." Aku diantarkan Dia kembali ke mobil dan benar saja, tanteku sudah berdiri di samping mobil dan marah karena aku keluar dari mobil. Aku bilang, kalau adikku sudah ketemu, Dia yang memberitahu dimana adikku. Aku tunjukkan halaman itu dimana adikku berada. Tanteku tidak mau ambil resiko, aku dimminta masuk mobil dan tidak keluar dari mobil lagi, sementara tanteku diantar Dia menuju halaman untuk menjemput adikku. Adikku ketemu. Oleh mamaku, tanteku diminta untuk mengantarkan aku dan adikku pulang ke rumah. Aku bilang aku mau tinggal, tapi dilarang karena kuatir hilang lagi. Dan Dia memandangi aku pulang dengan motor tanteku hingga hilang dari ujung jalan. Mungkin Dia kecewa karena tidak bisa bermain lagi. Maaf...

2 comments:

adishbyyulie said...

When I know he was you ... I couldn't hold my feeling ... You always keep on eye me since before ... and I always feel safe when I am beside you ... Hope you keep me always, honey ... as you did before.

Anonymous said...

since the first filled about you my whole life
all stories deliberately created for reaching your
I just felt like saying that my desire to be with you

I hope that all this is better for both, for the period that we both want to make a beautiful story

because i need you so much