JellyPages.com

Thursday 10 June 2010

Dia Sakit dan Bersepeda

Jam istirahat ini kami pergunakan duduk-duduk diam di dalam kelas. Cuaca sangat terik membuat kami lebih betah berlama-lama di dalam kelas, rasanya lebih nyaman. Asyiknya bercerita dengan beberapa teman dan tiba-tiba dari arah pintu kelas, seorang teman datang dan mengatakan bila seorang ibu datang mencari anak perempuan yang namanya sama dengan aku. Kebetulan teman yang namanya sama ada duduk bersama kami, aku bilang, temui saja, mungkin memang kamu yang dicari. Dia beranjak dari tempat duduk dan keluar ruang kelas. Kami kembali bercengkrama. Tak berapa lama, aku dipanggil teman yang baru saja keluar, dia bilang aku yang dicarinya. aku terheran-heran, siapa ya yang mencariku. Akupun keluar.

Kutemui seorang ibu yang berdiri didekat pintu masuk kelas, kuperhatikan ibu itu membawa payung, perawakan sedang dan tampak sedikit bingung di wajahnya. Aku menyapa dan menanyakan apa ibu itu yang mencari aku. Beliau menyebutkan namaku, rumahku dan nama orang tuaku. Kuiyakan dengan anggukan, dan kutanyakan keperluan beliau. Ibu itu hanya menunduk dan berkata "Dia sakit". Aku terkejut dan sedikit bingung, kemudia kutanyakan apakah perlu berita tersebut aku sampaikan ke guru kami, beliau jawab, tidak perlu karena baru saja beliau melaporkan ke guru. aku kembali tercenung, lalu maksudnya apa ya kira-kira. Aku kembali menanyakan maksud ibu itu, dan beliau hanya menjawab kata yang sama,"Dia Sakit". Kemudian segera bergegas meninggalkan aku dan sekolah. Aku nggak mengerti dan aku kembali masuk kedalam kelas. Ketika pelajaran dimulai, aku melaporkan ke guru bila dia tidak masuk karena sakit, dan benar saja, ibunya telah melaporkan terlebih dahulu sehingga guru sudah tahu. Aku kembali duduk di bangkuku dan merenung, ada apa?

Pulang sekolah, aku coba mengunjungi rumahnya. Mungkin maksud ibu tersebut, meminta aku menjenguknya. Aku termangu di depan halaman rumah yang bersih, dengan pohon jambu dan kursi kayu di depan pintu rumah. Kulihat jendela rumah tampak tertutup rapat, demikian juga pintu rumahnya. Aku ingin masuk dan mengetuk pintu itu...tapi aku ragu-ragu. Lama aku tercenug di samping sepedaku untuk memutuskan apakah aku akan masuk atau tidak. Akhirnya kuputuskan untuk pulang saja.

Esok hari ... kami bermain beberapa anak di dalam kelas dan bercanda hingga tergelak di jam istirahat sekolah. Kembai teman laki-laki aku setengah berlari mencari aku, dia bilang ibu yang kemarin datang lagi dan mencariku. Aku bergegas keluar kelas menemui ibu itu agi. aku sampaikan bila kemarin, sepulang sekolah mengunjungi rumah mereka dan kusampaikan kondisi yang aku temui di rumah mereka. Ibu itu terdiam dan kembali menyampaikan "Dia masih sakit". Aku menanyakan sakit apa dan dirawat dimana. Beliau menyampaikan bila tidak perlu ke rumah sakit untuk menengok, cukup di rumah saja. Tapi kan rumahnya kosong. Ibu itu kemudian bergegas pulang. Sepertinya ibu itu kebingungan sekali. Aku hanya mengendikkan bahuku, dan masuk kelas kembali. Kusampaikan ke teman-teman bila dia sakit. Apakah mereka tidak keberatan bila menjenguk bersama-sama. Mereka mengiyakan terutama yang rumahnya berdekatan dengan rumah Dia.

Sepulang sekolah, bersama beberapa teman ada yang berjalan dan ada yang bersepeda...kami menuju rumahnya. Tidak jauh, cukup dekat malah. Tapi kami menemui kondisi rumah yang sama, pntu dan jendela tertutup dan sepi tidak bersuara. Temanku mulai tidak sabar untuk pulang, kuminta untuk tunggu sebentar lagi. Tapi mereka mendesak pulang. Kahirnya aku mengalah. Kami pulang, kembali ke rumah masing-masing.

Hampir setiap hari, setiba di ruang kelas, mulai pagi, selalu kutengok Bangku Dia. Masih kosong. Dia belum masuk. Sakit apa ya dia, hingga selama ini belum juga muncul di sekolah. Aku jadi sering mengingat kejadian yang berhubungan dengan Dia. Kenapa ya? Aku nggak tahu jawabannya. Tapi rasanya jadi sepi yah kalo Dia nggak ada. Aku kembali duduk terdiam di bangkuku.

Pagi ini tenang, teman-temanku masuk kelas dengan senyum. Sepertinya ad yang membahagiakan mereka pagi ini. Aku senang melihat wajah teman-temanku. Dan tak berapa lama, wajah itu muncul dari balik pintu kelas, wajah Dia. Aku tertegun memperhatikannya, kulitnya lebih bersih, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana seragam. Dengan semangat, dia berjalan masuk kelas. Beberapa teman dekatnya menyambutnya dengan gembira. Aku tetap mengamatinya. Dan dia melintas di dekat bangkuku sambil berkata, "Pulang sekolah tunggu aku ya di ujung gang". Aku memandnginya dengan heran dan penuh tanya, mau apa? Kutepis pertanyaan dari pikianku dan kembali masuk pelajaran.

Sepulang sekolah, aku menuntun sepeda perlahan keluar gang. Mataku mencari sosok wajah Dia. belum nampak batang hidungnya yah. Aku tunggu barang sebentar, mungkin sebentar lagi. Aku menunggu di bawah pohon jambu di ujung gang sekolahku. Tak berapa lama, Dia datang dan kulihat naik sepeda. Aku bengong, dan dia berkata "Ayo pulang". Aku melongo deh. Ya udah aku pulang. Kunaiki sepedaku dan setengah nggak yakin melihat dia sudah lebih dulu di depanku dan mengarah ke arah aku pulang.

Sepanjang jalan pulang kami bersepeda bersebelahan, aku di sisi jalan sebelah kiri dan dia di sisi jalan sebelah kanan. Kadang kucuri pandang untuk melihat wajahnya, memastikan apa yang dia mau. Dia memandng lurus ke depan, kadang mendongakkan dagunya sedikit ke atas. Tiba-tiba aku ingat, dia kan baru sembuh dari sakit. Segera aku bertanya apa sudah pamit ibunya untuk bersepeda? Dia jawab sudah. Aku jadi khawatir yah, aku bilang kan baru sembuh sakit, nanti ibunya marah, sebaiknya dia pulang. Tapi dia terus mengayuh sepedanya dan bilang kalau mau main ke rumah teman dekat rumahku. Aku mengibaskan rambutku yang panjang yang menutupi wajahku. Aku suka melihat dia bersepeda disisi jalan sana. Ada rasa senang aku bisa bersama dia tanpa teman-temanku yang lain. Aku menundukkan kepalaku dan menghela nafas, semoga jalan ini tidak pernah usai...aku ingin bersama dia seperti saat ini. Tapi rumahku sudah tampak, dan aku menyesal kenapa waktu cepat sekali. Aku tunjukkan itu rumahku, dia mengangguk dan berkata sudah tahu. Aku ucapkan terima kasih karena sudah ditemani, dan kutunjukkan rumah teman dia di sebelah rumahku. Aku masukkan sepedaku ke halaman rumah, dan dia melintas menuju rumah teman. aku masuk ke dalam rumah dan membuka sepatuku. Aku ingat ad ayang tertinggal di sepedaku, aku menuju pintu kembar rumahku. Kulihat Dia melintas lagi di depan rumah, dan aku bertanya setengah berteriak, mengapa kembali, apakah sudah selesai. Dia cuma bilang, sudah selesai. Sesingkat itu??? aku nggak mengerti. yang aku tahu, aku bahagia sekali. Kapan ya dia bisa mengantarkan aku pulang sekolah lagi?

No comments: