JellyPages.com

Monday 28 June 2010

Kamu buat aku menangis

"Ayuk, kesini." Dia panggil aku ke belakang gedung kantor papa. Aku menengok dari balik dinding. "sini" Dia memanggil lagi dan berlari ke arahku, meraih tanganku dan mengajak aku ke luar ruang kantor. Aku mengikutinya, kulihat satu tangan menggandeng tanganku dan tangan yang lain memegang plastik berisi roti tawar beroles mentega dan pasti bertabur gula pasir.

"Kamu lapar kan, ini." Tangannya sibuk membuka bungkusan plastik dan mengambil sepotong roti untuk aku. "terima kasih." aku mengabil potongan roti itu. Dia selalu membagi roti tawarnya untuk aku setiap kita bertemu di kantor papa. "Dimakan, ayo. Aku juga makan kok." Dia mulai melahap roti itu, aku juga. Rasanya menyenangkan bisa makan sepotong roti bersama dia, aku perhatikan dia makan roti itu di setiap gigitannya hingga habis. "Kok belum habis, ayo dihabiskan." Lho, aku terlalu sibuk memperhatikan Dia makan, akhirnya rotiku belum habis. Segera aku menghabiskan roti itu.

"Sudah habis kan. Sebentar aku buang sampah dulu. Kamu disini ya." Dia minta aku menunggu, kulihat Dia membuang plastik pembungkus di tempat sampah kayu samping pintu masuk. "Sudah ya. Ayo kita masuk lagi, nanti dicari." Aku mengajaknya masuk ke ruang dalam kantor papa lagi. "Tunggu sebentar." Dia menarik tanganku dan mengajak aku duduk di pinggiran gedung. Setelah duduk aku bertanya,"Main apa disini?" Dia melihatku dan, "Nggak ada, duduk aja disini." Lho, maksudnya cuma duduk dan aku memandang ke depan, kuperhatikan pagar kawat berduri di halaman belakang, bertemu dengan tonggak besi kerangka pintu belakang. Di bawahnya ada bunga ilalang kecil berjajar menemani kaki pagar. Dia menunjukkan tangannya dan berkata, "Lewat situ kita bisa sampai ke sekolahmu." Aku memperhatikan yang Dia katakan, arahnya memang ke arah sekolahku, tapi di belakang pagar, nampak bukan jalan yang bersahabat untuk tiba di sekolahku. Tiba-tiba, ada yang menyentuh pipi kiriku, ada rasa hangat yang merayap memenuhi wajahku. Aku menoleh dan melihat Dia terdiam, apa itu tadi, Dia mencium pipiku. Aku segera berlari masuk ke dalam ruang kantor.

Tak sadar aku menabrak seseorang. Aku segera bersembunyi di belakang bajunya. Dia mengikuti aku dari belakang. "Kenapa mbak, kok takut?" Seorang ibu menanyakan keadaanku, kemudian aku dipangku di bangku dekat kantin. "kenapa, masnya nakalin lagi ya?" Aku menunduk dan mulai meneteskan air mata. Aku bingung mesti bilang apa, malu. "Lho, jangan menangis. Kenapa, coba bilang?" Ibu itu terus bertanya padaku, sementara Dia berdiri tak jauh dan memandangiku. "Sini-sini, bisikin aja ya ke ibu." Ibu itu mendekatkan telinganya ke arahku. Apa aku harus bilang ya, aku malu. "Dicium pipiku." Akhirnya aku bilang pelan sekali di telinga ibu itu. "duh, masnya ini nakal ya. Sudah jangan menangis, masnya cuma mau sayang. " ibu itu menghibur aku. "Mas, adiknya jangan dinakalin lagi ya, nanti nangis lagi, nggak mau diajak main lho." Ibu itu memberi nasehat. Air mataku masih meleleh dan dihapus dengan saputangan ibu itu. Aku dipeluk hingga tangsku mereda dan kulihat Dia berjalan keluar gedung kantor dengan menundukkan kepala.

2 comments:

Anonymous said...

when I read your story, all my soul fly jump from time to time to return to the past
Since this story you told me, and I know that my experience is that
I love you
because I've always wanted to do something to make you happy

now that I understand gives you something that I can, and I hope to realize that I love you

all the stories that we have this bunch together always filled space my heart and soul

I just wanted to say thank and i love you

adishbyyulie said...

You are the one I looking for during this time ... Thank you for coming in my life again and make me happy. and you right, all of this will fill my heart and stay there until the end of age.