JellyPages.com

Wednesday 16 June 2010

Bener kamu nggak papa?

Aku mulai menstruasi ketika naik kelas 6, lebih cepat seperti dugaan mamaku. Banyak hal yang menjadi batasanku sejak itu. Tidak boleh manjat pohon jambu kesukaanku, tidak boleh main dengan teman-2 laki-2 lagi, tidak boleh lari-larian, mesti banyak tirakat dan masih banyak banget aturan dari eyang putri. Sedih deh. Mestinya nggak boleh naik sepeda juga kalo berangkat sekolah, tapi nggak bisa dibantah, karena nggak ada yang anterin aku berangkat sekolah, ya udah, mau gimana lagi.

Hari ini pelajaran olah raga, aku membawa baju ganti tapi teledor banget nggak bawa extra pembalut. Aku berpikir, ya sudah nanti aku tetap pakai celana olah ragaku dan berharap nggak tembus deh. Ternyata dugaan aku salah. Rok seragam merahku ternoda juga. Panik deh aku...gimana yah, dan ini masih istirahat pertama, masih 3-4 jam lagi aku di sekolah. Waduh, gawat. Kutunggu semua anak keluar dari kelas dan kupikir semua anak sudah keluar. Pelan-pelan aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan keluar kelas bersama teman perempuan sebangku yang sudah aku beritahu lebih dulu. Baru aku berdiri di samping bangku, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang,"rok kamu kotor". Pias padm mukaku, itu suara Dia. Aduh malunya, gimana nih. Aku menengok ke belakang dan tanpa menjawab aku bergegas meninggalkannya buru-buru keluar ruang kelas. Tapi Dia mengikuti aku, aku bingung mau jawab apa, sementara kata eyang putri, hal seperti ini tabu dibicarakan. Temanku mengiringi aku, kupercepat langkahku menuju toilet. Tapi Dia mengikuti aku dari belakang dan terus bilang, "Bajumu kotor". duh tambah malu, akhirnya aku jawab sambil membalikkan badan,"iya aku tahu, jangan ngikutin dong". Lalu aku berjalan terus. Dia masih di belakang aku dan tetap memberitahu aku soal rokku. Temanku merasa gerah dan berkata galak,"sudah tho jangan ikuti lagi, kan malu". Dia tertegun dan terdiam, kemudian menjauhi kami. Aku bergegas ke toilet dan mencoba menanggulangi masalah bersama temanku.

Sampai jam terakhir, aku tetap diam duduk di bangku dan tidak beranjak sedikitpun. Untung banget temanku berbaik hati menolong aku bila perlu sesuatu. Aku tidak berani bergerak. Hingga jam sekolah usai, dan aku belum berani berdiri samapi kelas benar-benar kosong. Dia menghampiri lagi dan bertanya, "Kamu nggak papa, bener nggak papa?". Aku hanya menggelengkan kepala. Dia bertanya lagi, " Kamu sakit ya, aku antar pulang ya". Hah, aduh...aku segera bilang, "nggak usah, terima kasih". Diapun berlalu sembari melihat ke arahku. Kelas benar-benar kosong dan aku menuju parkiran sepeda, tampak tinggal 2-3 sepeda saja. Aku tuntun sepedaku di halaman sekolah yang sudah kosong. Teman perempuan aku sudah pulang duluan. Tinggal aku saja sendiri melalui gang sempit menuju jalan raya. Mendekati jalan raya, aku sudah duduk di atas sepedaku, dan kulihat Dia ada di samping gapura gang, sendiri dan sudah berganti pakaian, rumahnya dekat sih. kembali Dia menawarkan diri untuk mengantarkanku pulang, karena menurut Dia aku sedang sakit. Aku jawab, "nggak usah, terima kasih. Aku bisa pulang sendiri, kok. Aku nggak sakit. Kamu pulang aja" dia masih ragu-ragu, nampak ingin benar Dia mengantar aku pulang. "Benar nggak papa, ya udah. Aku akan pulang kalau kamu sudah hilang dari tikungan itu yah". Tangannya menunjuk tikungan yang ngak berapa jauh dari tempat kami, Aku engiyakan dan berlalu. Tiba di tikungan, aku menolehkan kepalaku dan kuliat Dia berjalan menuju rumahnya sambil terus mengamati aku yang segera menghilang dibalik tikungan. Maaf, aku malu.

No comments: